Thursday 22 May 2014

Adakah Dinosaurus Dalam Islam?

Filled under:


Dinosaurus Binatang Purbakala

Assalamu’alaikum,
Gimana Khabarnya ustadz? Afwan ana mau tanya malasah hewan purbakala salah satunya dinosaurus. Ini pertanyaan yang sering di pertanyakan oleh salah satu anak nya temen saya…
1. Apakah benar hewan purbakala bernama donosaurus itu ada? Dan dahulu mana antara NAbi Adam Alaihi Salam dengan Dinosaurus?
2. Apakah benar bahwa Allah Subhanahu Wata’ala pernah menciptakan mahluq sejenis manusia sebelum nabi Adam Alaihi Salam?
Itu saja, Jazakallah Khair atas jawabanya..
Wassalamu’alaikum
Dari: Sigit Hadi Purnomo
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, Realita Ada dua
Diantara prinsip yang perlu kita pahami, bahwa realita di alam ini ada dua:
  • Realita Syar’i
Itulah semua realita yang Allah sebutkan dalam al-Quran dan sunah nabi-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun realita itu tidak bisa dibuktikan dengan indera atau logika manusia.
Kita meyakini adanya surga, neraka, malaikat, terompet sangkakala, nikmat kubur, adzab kubur, dan perkara ghaib lainnya. Kita mengakui itu ada dan itu realita. Sekalipun indera kita tidak pernah menangkapnya, dan logika kita tidak manjangkaunya. Tapi kita yakin itu semua ada dan bukan khayalan.
Mengapa kita mengakui itu sebagai realita, padahal kita tidak pernah menginderanya? Karena kita percaya dan mengimani sumber berita yang menceritakan semua hal ghaib tersebut.
  • Realita Kauni
Itulah semua realita dan kejadian yang ada di alam dunia ini. Baik telah kita ketahui, maupun yang belum kita ketahui.
Kita meyakini adanya listrik sekalipun kita tidak pernah melihatnya. Tapi kita percaya itu realita karena kita bisa merasakan pengaruhnya.
Kita meyakini ada gelombang radio, sehingga radio kita bisa berfungsi atau hp kita bisa menangkap sinyalnya. Kita percaya itu realita karena kita bisa merasakan pengaruhnya, sekalipun kita tidak pernah melihatnya.
Kedua, Antara Klaim & Realita
Bagian ini penting untuk anda bedakan. Tidak semua klaim, berarti itu realita. Beberapa negara kafir membuat berbagai klaim, untuk menunjukkan kepada dunia akan kehebatan teknologinya. Terlebih ketika terjadi perang dingin antara blok timur dan barat.
Telah menjadi rahasia bersama, sekitar tahun 1969 Amerika dengan sangat bangganya memproklamirkan bahwa Neil Amstrong orang pertama yang berhasil mendarat di bulan. Namun ternyata semua bukti klaim itu hanya dusta dan kebohongan. Artinya itu bukan realita, sehingga tidak selayaknya diyakini.
Orang syiah mengklaim, mereka memiliki mushaf Fatimah. Namun hingga saat ini, mereka sendiri tidak bisa menunjukkan wujud mushaf Fatimah itu. Tidak berbeda dengan yang pertama, hanya kedustaan.
Orang nasrani mengklaim, yesus mengajarkan ajaran trinitas. Namun sungguh aneh, hingga sekarang mereka tidak bisa menunjukkan bukti adanya ajaran itu. Tidak berbeda dengan yang pertama dan kedua, hanya kedustaan.
Ketiga, Antara Teori & Realita
Beberapa orang kesulitan membedakan antara teori dan realita. Sehingga tidak jarang teori diyakini sebagai realita. Padahal tidak semua teori sesuai realita. Teori bisa bertahan dan bisa diruntuhkan. Dulu masyarakat meyakini kebenaran teori atom Dalton, namun ketika Thomson datang, teori Dalton mulai ditinggalkan. Ketika datang teori atom Rutherford, punya Thomson mulai ditinggalkan. Hingga ketika postulat Neils Bohr datang, punya Rutherford ditinggalkan.
Bertahun-tahun kita dikibuli dengan teori evolusi Darwin. Bahwa makhluk di alam semesta ini mengalami evolusi, menjalani hidup secara bertahap hingga menuju titik sempurna. Hingga beberapa orang meragukan, sejatinya manusia itu keturunan Adam ataukah si kera Pithecanthropus?
Orang tidak sadar bahwa itu hanya teori. Dan teori bukan realita. Sayangnya, teori picisan semacam ini dijadikan doktrin untuk anak sekolah, dimasukkan di kurikulum sekolah menengah. Meskipun jelas-jelas ini sangat bertentangan dengan akal sehat.
Termasuk dalam kasus ini adalah perdebatan antara madzhab heliosentris dan geosentris. Keduanya hanyalah teori. Dan sekali lagi, teori bukan realita.
Selama tidak ada bukti empiris, posisikan teori sebagai teori, dan jangan diyakini hingga pada dataran realita.
Keempat, Beberapa Kaidah Penting Dalam Islam
Sebelum menginjak kajian tentang dinosaurus, kami berharap agar anda memahami 3 pengantar di atas, dan beberapa kaidah dalam islam yang bisa kami simpulkan berikut,
1. Islam tidak menolak realita
Satu prinsip yang perlu kita tanamkan di benak kita baik-baik, islam tidak menolak realita. Bagaimana mungkin islam menolak realita, sementara islam datang menjelaskan realita. Terutama realita syar’i. Dulu orang musyrikin jahiliyah pernah meyakini 3 hal, yang semua bertentangan dengan realita. Allah bantah keyakinan ini dalam firman-Nya,
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). (QS. Al-Ahzab: 4)
Anda bisa cari, tidak akan ada dalil dalam al-Quran maupun hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan realita. ketika ada klaim bahwa al-Quran bertentangan dengan ‘satu realita’, maka di sana ada 2 kemungkinan,
  • Realita itu hanyalah klaim dusta yang tidak pernah ada.
  • Realita itu hanyalah sebuah teori, namun masyarakat mengganggapnya realita.
2. Islam melarang kita untuk menebak hal yang ghaib tanpa bukti
Islam tidak membebani manusia untuk menggali hal yang ghaib. Bahkan islam melarang keras, manusia menebak-nebak hal yang ghaib. Dan ini termasuk berbicara tanpa dasar ilmu. Karena semua indera kita akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36)
Dan ini menjadi prinsip penting dalam menyampaikan berita, bicara dengan bukti, atau diam.
3. Islam menjelaskan segala hal yang dibutuhkan manusia untuk menggapai kebahagiaan dalam hidupnya
Kita mengakui Allah Maha Kasih Sayang terhadap hamba-Nya. Salah satu wujud kasih sayangnya, Allah turunkan wahyu kepada mereka untuk membimbing mereka menuju kebahagiaan hidup yang sejatinya. Karena itu, segala informasi yang ada dalam al-Quran dan sunah, sudah cukup untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan itu, tanpa ada yang kurang. Tentu saja, ini jika mereka memahaminya dan mengamalkannya dengan baik dan benar.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. an-Nahl: 89).
Makna: ’menjelaskan segala sesuatu’
Dalam Tafsir Jalalin dinyatakan,
بيانا لّكُلّ شَىْء  يحتاج إليه الناس من أمر الشريعة
“Maknanya, menjelaskan segala sesuatu tentang masalah syariah yang dibutuhkan manusia.” (Tafsir Jalalin, 4/489).
4. Keyakinan yang bertentangan dengan islam adalah dusta
Semua keyakinan dan pernyataan yang bertentangan dengan informasi syariat, bisa kita pastikan itu adalah dusta dan kebohongan.
Dulu orang musyrik meyakini ada beberapa kriteria onta yang tidak boleh disembelih. Padahal Allah tidak pernah menetapkan hal itu. Allah sebut itu dusta mereka atas nama Allah,
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al-Maidah: 103)
Keterangan:
“bahiirah, saaibah, washiilah dan haam” adalah kriteria-kriteria onta yang tidak boleh disembelih.
5. Sebatas teori, belum tentu sejalan dengan islam.
Karena itu, dalil al-Quran dan sunah, selayaknya tidak dipaksakan untuk memihak satu teori tertentu yang belum jelas kebenarannya. Karena sekali lagi, teori hanya teori, yang itu bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Bisa jadi sekarang dianggap benar, besok dianggap salah. Atau sekarang disalahkan, besok dibenarkan.
Padahal dalil al-Quran dan sunah tidak pernah salah dan tidak akan salah selamanya.
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ ( ) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. ( ) Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fushilat: 41 – 42).

Dinosaurus Dalam Islam?

Selanjutnya, kita beralih ke pembahasan masalah Dinosaurus. Benarkah binatang ini pernah tinggal di bumi ini?
Pertama, yang perlu kita tegaskan, mengenai keberadaan makhluk ini hanyalah sebuah teori. Mereka diprediksi hidup pada masa ratusan juta tahun yang lalu. Para ahli paleontologi menemukan berbagai fosil yang kemudian dirangkai seperti sedemikian rupa. Kemudian dipostulatkan layaknya binatang. Dan tentu saja, ada banyak tambahan baik dari sisi anatomi, morfologi maupun fisiologi. Terutama yang telah difilmkan.
Kita tidak tahu sampai kapan teori ini bertahan dan dihargai masyarakat. Yang jelas, sikapi teori ini sebagai teori, yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah.
Kedua, Tidak dijumpai adanya satu dalil, baik dalam al-Quran maupun sunah yang menyebutkan jenis binatang ini. Karena itu, selayaknya kita tidak memaksakan dalil al-Quran dan sunah untuk memihak teori tersebut.
Dalam Fatwa Islam pernah disinggung tentang Dinosaurus. Jawaban pertama yang disampaikan,
وليس في نصوص الكتاب والسنة ما يثبت أو ينفي وجود هذه المخلوقات، وفي القرآن الكريم ما فهم منه بعض العلماء : وجود مخلوقات على الأرض قبل آدم عليه السلام
Tidak ada dalil tegas dari al-Quran maupun sunah yang menetapkan adanya makhluk tersebut maupun yang  meniadakan keberadaan makhluk tersebut. Dalam al-Quran, terdapat ayat yang dipahami sebagian ulama bahwa ada makhluk yang tinggal di bumi ini sebelum kehadiran Nabi Adam ‘alaihis salam. (Fatwa Islam, no. 166097).
Ketiga, ayat yang mengisyaratkan adanya kehidupan sebelum Adam
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti) di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Sisi pendalilan ayat:
Allah menyebut makhluk yang akan tinggal di bumi itu sebagai ‘khalifah’. Khalifah artinya pengganti. Karena makhluk yang akan tinggal di bumi ini adalah pengganti bagi makhluk sebelumnya.
Para Malaikat bertanya tentang hikmah diciptakannya manusia di bumi, “Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang membuat kerusakan di dalamnya dan saling menumpahkan darah?. mereka bertanya demikian, karena mereka telah mengetahui sebelumnya ada makhluk yang karakternya seperti itu.
Imam Ibnu Utsaimin menafsirkan ayat di atas,
قول الملائكة : ( أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ) يرجِّحُ أنهم خليفة لمن سبقهم ، وأنه كان على الأرض مخلوقات قبل ذلك تسفك الدماء وتفسد فيها ، فسألت الملائكة ربها عزّ وجلّ : ( أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ) كما فعل من قبلهم
Pertanyaan para malaikat, ”Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya..?” memberikan kesimpulan lebih kuat bahwa manusia adalah pengganti bagi makhluk sebelumnya di bumi. Dan sebelumnya ada makhluk di muka bumi ini, yang mereka menumpahkan darah dan berbuat kerusakan. Sehingga malaikat bertanya, Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya, sebagaimana yang dilakukan makhluk sebelumnya. (Tafsir al-Quran al-Karim, Ibnu Utsaimin, ayat: 30).
Satu pertanyaan, siapa yang tinggal di bumi sebelum Adam?
Tentu jawabannya makhluk yang berakal, sebagaimana manusia. Karena mereka mendapat beban untuk beribadah kepada Allah, sehingga terwujudlah kemakmuran di bumi. Ibnu Katsir membawakan keterangan Ibnu Abbas dalam tafsir itu,
أول من سكن الأرض الجنُّ، فأفسدوا فيها وسفكوا فيها الدماء، وقتل بعضهم بعضا. قال: فبعث الله إليهم إبليس، فقتلهم إبليس ومن معه حتى ألحقهم بجزائر البحور وأطراف الجبال. ثم خلق آدم وأسكنه إياها
Makhluk yang pertama tinggal di muka bumi adalah golongan jin. Lalu mereka berbuat kerusakan (maksiat) dan saling menumpahkan darah, satu sama lain saling membunuh. Kemudian Allah mengutus Iblis, lalu Iblis dan tentaranya berhasil memerangi mereka, hingga mengejar mereka ke ujung lautan dan puncak gunung. Kemudian Allah menciptakan Adam dan menempatkannya di bumi. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/218).
Sebagai catatan, Iblis kala itu adalah hamba yang baik, yang rajin beribadah kepada Allah,  tidak sebagaimana jin lainnya.
Jika kita memastikan ada makhluk sebelum Adam, bukan berarti kita memastikan ada Dinosaurus ketika itu. Karena kita tidak memiliki data jelas, apakah binatang yang hidup di zaman sebelum Adam itu, apakah seperti dinosaurus yang dibayangkan orang sekarang, ataukah bentuknya lain?. Kita tidak punya data tentang itu.
Keempat, andai dinosaurus itu benar-benar ada di masa silam, kita meyakini bahwa al-Quran maupun sunah tidak menolaknya. Karena al-Quran dan sunah tidak menolak kebenaran. Ini jika benar-benar ada yang namanya makhluk dinosaurus itu.
Kelima, jika kita renungkan, tahu dan tidak tahu dinosaurus, tidaklah menambah iman maupun mengurangi iman. Karena al-Quran dan hadis tidak menyinggung hal ini. Andai kita meyakini dinosaurus itu ada, tidaklah keyakinan ini akan mengantarkkan kita ke surga atau membawa kita pada kebahagiaan, demikian pula sebaliknya.
Karena itulah, seperti yang telah dipaparkan dalam pengantar, bahwa al-Quran dan sunah telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk bisa hidup bahagia. Akan lebih berharga jika kita gunakan waktu ini untuk mengkaji hal yang manfaat, yang kita butuhkan dalam keseharian kita.
Demikian,
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
sumber : http://www.konsultasisyariah.com/adakah-dinosaurus-dalam-islam/

0 komentar:

Post a Comment