Tuesday, 27 May 2014

Istilah-Istilah Dasar Fotografi : #2 (I-Z)

Filled under:

Pada artikel yang lalu sudah dikumpulkan istilah-istilah fotografi dari A sampai H, sekarang kita akan lanjutkan dengan daftar dari I sampai Z.

I

Infinity : Pada pengukuran lensa kamera, infinity adalah jarak maksimal yang jauh lebih besar daripada angka yang tertulis pada selongsong kamera. Dilambangkan dengan angka 8 horizontal dan biasanya digunakan untuk mendapatkan DOF yang sangat dalam atau memotret sesuatu yang sangat jauh seperti bulan.
Infrared : Jenis cahaya yang tidak tertangkap oleh mata tapi bisa di-”lihat” oleh kamera. Bila dimanfaatkan melalui filter lensa infrared atau kamera khusus infrared, bisa menghasilkan foto yang sangat indah.
ISO : Tingkat kepekaan film atau sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi angka ISO-nya, semakin terang foto yang dihasilkan. Bila ISO tinggi digunakan di cahaya redup biasanya bisa menimbulkan grain/noise pada foto.

L

Landscape : Ukuran foto dimana bentuknya cenderung horizontal; lebih lebar daripada tinggi. Bisa juga berarti genre fotografi yang menangkap pemandangan alam sebagai objek.
Lensa : Kombinasi kaca dan ruang udara yang diatur di dalam sebuah selongsong. Di dalamnya terdapat diafragma yang bisa membuka dan menutup untuk memungkinkan sejumlah cahaya masuk. Ini dikontrol secara manual oleh sebuah ring di baguan luar selongsong lensa, atau secara elektronis melalui pin di bagian sambungan lensa dengan kamera. Lensa punya dua fungsi utama: satu – memusatkan cahaya ke film atau sensor, kedua – mengontrol jumlah cahaya yang sampai ke sensor dengan penggunaan aperture. Lensa autofokus bisa dilengkapi motor untuk memungkinkannya bergerak maju-mundur untuk mengubah fokus.

M

Makro : Istilah lain dari fotografi close-up, tapi lebih spesifik lagi berarti memotret sebuah objek sampai ke ukuran aslinya atau lebih besar lagi. Bisa digambarkan sebagai sebuah rasio; misalnya rasio 1:2 berarti objek dalam foto setengah dari ukuran aslinya.
Manual : Sebuah mode exposure dimana pengaturan exposure-nya dibuat oleh fotografer dengan memilih angka aperture dan shutter speed secara manual. Bisa juga berarti buku panduan yang datang beserta paket kamera kamu.
Maximum aperture : Bukaan atau f-stop terbesar yang bisa dibuat oleh sebuah lensa. Sebuah lensa f/1.4 adalah lensa cepat karena memiliki maximum aperture yang cenderung lebar; sementara lensa f/4.5 adalah lensa lambat karena memiliki maximum aperture yang lebih sempit. Lensa cepat sangat membantu bila digunakan memotret dalam cahaya redup.
Minimum aperture : Bukaan atau f-stop terkecil yang bisa dibuat oleh sebuah lensa. Biasanya, lensa wide angle punya minimum aperture f/22; lensa normal f/16; dan lensa telephoto f/32.
Mode : Cara melakukan beberapa pemotretan. Beberapa mode pada kamera sudah diprogram lebih dulu dan bisa dipilih sesuai dengan kondisi pemotretan atau objek. Ini termasuk mode aperture priority (A atau AV), shutter priority (S atau TV), dan seterusnya.

O

Overexposure : Saat melakukan exposure, jika ada terlalu banyak cahaya masuk mengenai sensor, maka overexposure terjadi. Overexposure kecil bisa mengakibatkan hilangnya detil dan texture dalam highlight sebuah foto; sementara overexposure yang parah bisa mengakibatkan kerusakan serius pada kualitas foto dan hilangnya informasi foto.

P

Panning : Sebuah teknik pemotretan dimana kamera mengikuti gerakan objek saat exposure berlangsung, biasanya dilakukan dengan shutter speed pelan.
Polarizing filter : Sebuah filter yang meneruskan gelombang cahaya ke satu arah, digunakan untuk memperdalam warna biru pada langit, mengurangi kontras pada tempat yang sangat terang, dan untuk menembus permukaan yang memantulkan cahaya seperti air atau kaca.
Portrait : Ukuran foto dimana ukurannya cenderung vertikal; lebih tinggi daripada lebar. Bisa juga berarti genre fotografi yang berfokus pada manusia sebagai objek.
Post-processing : Proses yang dilakukan setelah foto diambil. Biasanya menggunakan program editor foto pada komputer. Biasa juga disebut editing.

S

Saturasi : Berhubungan dengan warna pada sebuah foto, yaitu cerah atau tidaknya warna-warna tersebut. Saturasi bisa dimanipulasi melalui post-processing.
Shadow : Bagian tergelap pada sebuah foto. Kebalikan dari highlight. Biasanya menampilkan detil dan tekstur.
Sharpness : Bagian dari foto yang terfokus atau tajam.
Shutter : Serangkaian ‘tirai’ di dalam lensa yang bisa membiarkan cahaya masuk untuk sampai ke sensor dalam rentang waktu tertentu.
Shutter release : Tombol yang digunakan untuk menentukan saat menutupnya shutter. Banyak tombol ini yang bekerja dala dua langkah; jika ditekan setengah jalan akan mencari fokus pada mode autofokus, dan jika ditekan sepenuhnya akan menutup tirai shutter.
Single-Lens-Reflex : disingkat SLR. Jenis kamera yang memiliki cermin yang bisa digerakkan dibelakang lensa dan kaca untuk melihat objek. Sensor terletak di belakang susunan cermin ini yang akan bergerak jika exposure terjadi. SLR dan DSLR adalah dua sistem yang berbeda, dimana DSLR adalah digital, sementara SLR adalah analog.
Slow : Istilah yang digunakan untuk jangka waktu exposure yang lama. Biasanya bila menggunakan aperture dengan bukaan kecil atau bila shutter speed lebih lambat dari 1/30 detik.
Stop : Pengukuran cahaya yang digunakan untuk menggambarkan aperture atau shutter speed, meskipun lebih umum digunakan bersama aperture. Perbedaan satu stop menandakan setengah atau dua kali lipat jumlah cahaya. Stop down berartu mempersempit aperture; stop up berarti melebarkan.
T
Telephoto : Nama yang digunakan untuk lensa yang focal length-nya lebih panjang dari 50mm dan sudut pandanganya kurang dari 45 derajat. Telephoto biasa panjangnya sekitar 80mm, medium sekitar 135mm, dan telephoto ekstrem bisa sampai 300mm atau lebih (dikenal juga dengan istilah termos putih). Biasanya untuk memotret benda-benda jauh agar tampak dekat, seperti cara kerja teropong.
Tripod : Sebuah alat berkaki tiga dengan landasan tempat memasang kamera, digunakan untuk menstabilkan kamera selama exposure terjadi. Sangat berguna untuk exposure yang lebih lama dari 1/30 detik, atau jika beberapa foto harus diambil dengan keseragaman yang tinggi.
Tone : Istilah lain untuk warna, tapi bisa juga berarti mood yang dihasilkan oleh kombinasi warna pada sebuah foto.

U

Underexposed : Kegagalan mengekspos sensor dengan benar karena tidak ada cukup cahaya yang sampai ke sensor untuk memunculkan warna dan brightness. Foto yang underexposed akan tampak gelap dan kekurangan warna.
UV Filter : Sebuah filter lensa yang bening tanpa warna yang mencegah sinar ultraviolet terekam oleh film atau sensor. Baik untuk memotret landscape jarak jauh atau melindungi lensa.

V

Viewfinder : Kotak tempat melihat objek saat dibidik. Disebut juga jendela bidik. Biasanya di layarnya tertera panduan exposure, fokus, dan kesiapan flash. Ini adalah ruang kontrol tempat menentukan berhasil atau tidaknya gambar diambil.
W
Warm tone : Penampilan atau mood warna sebuah foto yang cenderung kuning atau jingga. Pada foto hitam putih akan menjadi sepia atau kecoklatan.
Wide angle : Jenis lensa yang memberikan pandangan luas, biasanya pada rentang focal length 35 sampai 24mm. Ultra wide angle panjangnya 20 – 8mm. Lensa wide angle memungkinkan fokus yang merata pada seluruh bagian foto. Biasanya digunakan untuk memotret landscape.

Z

Zoom : Kemampuan lensa untuk merubah focal length, kebalikan dari lensa dengan length yang tetap (fixed). Lensa zoom tersedia dalam beberapa rentang yang berbeda, seperti 35 sampai 105mm.
sumber : Fotonela

Posted By Unknown07:24

Istilah-Istilah Dasar Fotografi : #1 (A – H)

Filled under:

Masih bingung dengan istilah-istilah fotografi seperti exposure, focal length, dan lain-lainnya tapi malu bertanya? Tenang. Fotonela sudah mengumpulkannya untuk kamu dalam artikel ini dan kamu bisa menggunakan halaman ini juga untuk referensi ke artikel-artikel lain yang membahas tiap istilah dengan lebih mendetil.

A

Aperture : Bukaan lensa yang ukurannya dikontrol oleh diafragma. Istilah ini juga biasanya disebut f/stops, misalnya f/4, f/5.6 dan seterusnya yang diukur dengan membagi focal length lensa dengan diameter aperture. Jadi, f/11 pada lensa dengan focal length 110mm berarti bukaan lensanya 10mm. Semakin besar bukaannya, semakin rendah angka f-nya, dan semakin banyak cahaya yang masuk melalui lensa. Setiap langkah dalam aperture berarti membagi dua jumlah cahaya. Jadi, f/8 akan memasukkan cahaya setengah dari f/5.6 dan dua kali lebih banyak daripada f/11.
Aperture Priority: Ini adalah mode pada kamera dSLR dimana fotografer bisa memilih angka aperture dan kamera menentukan pengaturan lainnya yang sesuai. Pada kamera Nikon dilambangkan dengan huruf A dan pada Canon dengan AV.
Autofokus: Cara menemukan titik fokus secara otomatis. Ditentukan oleh lensa kamera yang akan mendeteksi letak objek yang akan dibidik. Pada kamera dSLR dilambangkan dengan AF.
Auto mode : Dilambangkan dengan warna hijau pada kamera. Mode pemotretan dimana kamera yang menentukan semua pengaturan. Fotografer tinggal membidik dan menekan tombol shutter. Mode ini biasanya digunakan pada kamera digital saku.

B

Bulb : Pengaturan shutter yang berarti shutter akan terus terbuka selama tombol shutter belum ditekan. Biasanya digunakan untuk foto malam hari dengan cahaya rendah.
Background: Bagian pada sebuah foto yang terletak di bagian belakang objek utama. Background bisa dibuat tajam atau tidak melalui teknik pemilihan fokus dan manipulasi depth of field.
Backlight: Pencahayaan yang datang dari bagian belakang objek berdasarkan posisi kamera. Biasanya objek yang diberi cahaya backlight akan tampak gelap kecuali sebagian dari objek diberi cahaya lewat lampu atau fill-flash. Backlight yang sempurna akan menghasilkan siluet.
Blur : Bagian yang tidak tajam pada sebuah foto akibat gerakan kamera atau objek saat exposure. Blur bisa dimanfaatkan untuk banyak efek kreatif. Pada olah digital, penggunaan efek Blur dipilih untuk melembutkan beberapa bagian pada foto.
Brightness : Terang atau gelapnya objek. Jumlah brightness pada objek tergantung pada seberapa banyak cahaya meneranginya dan diukur dengan istilah EV pada kamera, yaitu kombinasi dari aperture dan shutter speed.
Bokeh : Teknik mengaburkan bagian background pada foto secara artistik, biasanya pada titik-titik cahaya yang akan membentuk lingkaran-lingkaran lembut.

C

Cable release : Sebuah kabel yang tersambung ke tombol shutter pada kamera yang ujung lainnya adalah tombol pengganti. Digunakan untuk mencegah terjadinya goyangan pada kamera saat tombol shutter ditekan. Cocok digunakan untuk long exposure.
Close-up : Foto yang dibuat dengan jarak lebih dekat dari pandangan normal. Foto close-up biasanya akan menampilkan detil dari objek-objek yang kecil.
Crop : Pemilihan sebagian dari sebuah foto penuh melalui program editor foto pada komputer. Ini akan memotong foto aslinya ke bagian yang dipilih oleh fotografer.

D

Depth of field : Disingkat DOF. Yaitu bagian dalam sebuah foto yang terfokus dan tertangkap tajam. DOF dipengaruhi oleh ukuran lensa yang digunakan, angka aperture, dan jarak dari kamera ke objek. Bisa dangkal atau dalam dan sepenuhnya diatur oleh fotografer. DOF yang dangkal berarti area fokusnya sempit, sementara DOF dalam area fokusnya luas.
Digital SLR : Kamera digital yang lensanya bisa diganti-ganti dan menyediakan pengaturan manual untuk kebebasan fotografer menentukan hasil akhir foto yang diambilnya.

E

Exposure : Jumlah cahaya yang masuk melalui lensa dan sampai ke sensor. Exposure ditentukan oleh aperture, yaitu diameter bukaan lensa, shutter speed – yang adalah lamanya cahaya terekam oleh sensor, dan ISO – kepekaan sensor atau film terhadap cahaya. Jadi, exposure adalah kombinasi dari jumlah dan lamanya cahaya yang sampai ke sensor.

F

F-Number : Atau angka f. Serangkaian angka yang menggambarkan besar-kecilnya bukaan diafragma atau aperture. Semakin besar angkanya, semakin kecil aperturenya. Sebaliknya, bila angkanya besar maka bukaan aperturenya semakin kecil.
Filter : Akesori kamera yang dipasang pada lensa. Bentuknya bisa linngkaran atau persegi. Dilengkapi kaca khusus yang bisa menghasilkan efek saat memotret. Filter juga bisa berarti efek yang dihasilkan pada saat olah digital melalui serangkaian pengaturan.
Flare : Cahaya yang tertangkap oleh lensa yang bisa menghasilkan bagian terang silau atau bocoran cahaya berwarna pada foto. Biasanya dihindari oleh fotografer tapi sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk foto yang lebih kreatif.
Flash : Lampu yang digunakan untuk memotret. Biasanya muncul dari kamera (built-in flash) atau ada juga yang terpisah (extended flash) yang bisa dipasang pada bagian hot shoe pada kamera.
Focal length : Jarak dari lensa ke sensor atau film yang mengarahkan cahaya. Ukuran panjang (length) ini digambarkan dalam milimeter (mm). Lensa yang focal length-nya pendek, seperti 28mm, memberikan pandangan yang cenderung lebih lebar – biasanya digunakan pada foto landscape. Sementara yang focal length-nya panjang, misalnya 200mm, digunakan pada foto-foto macro atau close-up untuk mempersempit pandangan dan mendekatkan objek ke lensa.
Fokus : Membuat cahaya membentuk titik atau bagian tajam pada foto melalui sensor atau film pada kamera.
Focus Lock : Atau FL, tersedia pada kamera dengan sistem autofokus. Gunanya mengunci jarak fokus yang sudah didapat agar tidak berubah meskipun kamera bergoyang.
Frame : Bagian luar pada sebuah foto atau ukuran lebar dan tingginya foto. Bisa juga berarti area dimana benda-benda akan masuk dalam foto dan bisa dikomposisi.

G

Grain : Penampakan titik-titik halus pada foto, biasanya akibat pemotretan menggunakan ISO yang terlalu tinggi pada saat cahaya redup.

H

Highlight : Bagian paling terang pada sebuah foto yang – jika muncul terlalu banyak – akan mengakibatkan foto yang overexposed. Jika dilihat akan tampak banyak bagian terang dan putih.
High key : Teknik pencampuran kontras pada foto dimana bagian highlight lebih banyak daripada bagian gelap tapi tidak overexposed.
Hot shoe : Bagian pada kamera tempat dipasangnya extended flash. Ada di bagian atas kamera dan punya titik-titik kontak elektronik yang akan memberi sinyal pada flash untuk menembak saat tombol shutter ditekan.

Posted By Unknown07:19

Saturday, 24 May 2014

Cara Menambah RAM Menggunakan Flashdisk di Windows 7

Filled under:

Untuk kamu yang menggunakan sistem operasi Windows 7, kamu bisa mencoba untuk menambah kapasitas RAM kamu menggunakan Flashdisk. Cara ini bisa dilakukan karena pada Windows 7 sendiri menyediakan fitur untuk itu yang dinamakan ReadyBoost. Jadi kamu tidak perlu lagi membeli RAM dengan harga mahal tetapi kamu bisa menggunakan Flashdisk kamu sebagai pengganti RAM serta cara penggunaanya hanya dengan menghubungkan flashdisk dengan komputer kamu lalu aktifkan Ready Booster. Berikut cara menambah RAM menggunakan Flashdisk di Windows 7:
1. Hubungkan dahulu flashdisk yang ingin kamu jadikan RAM2. Buka My Computer, lalu klik kanan pada pilihan device kamu lalu properties
3.Pilih tab Ready Boost
4. Pilih Use this device, lalu kamu bisa atur berapa besar kapasitas yang akan kamu gunakan sebagai RAM. Setelah itu Apply, lalu Ok
Cara menambah RAM menggunakan Flashdisk di Windows 7 ini juga tidak sembarang Flashdisk bisa digunakan, yaitu:1. Flashdisk yang menggunakan sistem NTFS, FAT16 atau FAT32, serta memiliki ruang kosong minimal 235 Mb.2. Memiliki kemampuan untuk melakukan read 2.5 Mb/s dan write 1.75 Mb/s3. Memiliki waktu akses data 1 milidetik atau lebih cepat lagi.
Untuk Flashdisk yang digunakan sebaiknya yang memang sudah direkomendasikan untuk readyboost seperti SanDisk Cruzer, Verbatim Store n Go, Edge DiskGo, Corsair Flash Voyager, Lexar Lighting, Transcend JetFlash, Crucial Gizmo, Imation Swivel Pro, PNY Mini Attache, HP v125w, karena apabila tidak Flashdisk tersebut tidak kuat, maka bisa mengakibatkan kerusakan pada FlashDisk. Selamat mencoba

Posted By Unknown17:36

Wedha’s Pop Art Portrait , Wedha Abdul Rasyid

Filled under:



Embrio gaya ini saya mulai pada sekitar tahun 1990-1991. Memasuki usia 40 tahun, terlahir 10 Maret 1951, ketika itu saya sudah merasakan menurunnya fungsi mata saya. Ditambah lagi sebagai seorang yang kurang sekali mengindahkan gaya hidup sehat, saya mulai merasa terlalu cepat lelah. Kendala fisik itu mulai mengganggu setiap kali saya harus menyelesaikan gambar, apalagi gambar sosok manusia realis yang menurut saya bertingkat kesulitan paling tinggi. Memilih dan mencampur warna menjadi hal yang menyulitkan. Kemiripan warna kulit manusia, kehalusan goresan, menjadi sesuatu yang mahal buat saya.
Dalam keadaan seperti itulah kemudian saya mulai memikirkan cara melukis atau menggambar wajah manusia dengan cara yang lebih mudah. Cara yang memungkinkan saya menghindarkan diri dari keharusan mengolah warna kulit manusia yang sulit, cara tanpa tuntutan ketrampilan yang memadai untuk memulas.
Saya yang sejak masa sekolah sangat menyukai pelajaran ilmu ukur ruang (stereometri), mulai mengutik-utik masalah titik, garis dan bidang. Mulailah saya membayangkan wajah manusia sebagai kumpulan bidang-bidang datar yang dibentuk oleh garis-garis imajiner.
Cukup panjang proses yang saya lalui sebelum mendapatkan bentuk dan cara membuatnya seperti yang sekarang. Tapi perjalanan itu saya tapaki dengan antusias karena semakin lama perjalanan itu semakin memberi keyakinan akan tercapainya apa yang saya inginkan. Cara memprosesnya juga mengalami perubahan yang signifikan. Cara manual dan cara yang menggunakan komputer. Perlu diketahui, pada waktu itu sekitar tahun 1990-1991, komputerisasi belum merata menjamah majalah tempat saya berkarya. Saya sendiri baru mengenal komputer sekitar tahun 1998.
Di dalam proses manual saya menemukan cara yang mudah dan semakin mudah. Tapi semakin mudah cara yang saya temukan, saya semakin ragu untuk mengatakan bahwa apa yang saya hasilkan ini cukup bernilai untuk disebut sebagai karya seni. Walaupun pada kenyataannya karya saya ini mulai digemari pembaca, bahkan pada beberapa kesempatan banyak musisi dunia mengagumi karya saya. Grup Scorpion, Metallica atau James Ingram adalah beberapa nama yang masih saya ingat, tetap saja saya menganggapnya hanya sebagai karya yang paling mudah membuatnya untuk memenuhi tugas saya sebagai illustrator.
Kalau saya merasa mudah, tentu banyak orang yang akan menganggapnya begitu. Kalau prosesnya mudah tapi hasilnya cukup menarik, tidak mustahil para perupa lain sudah lebih dahulu menekuninya sebelum saya. Perasaan inilah yang membelenggu saya untuk tidak mempublikasikannya secara luas, kecuali untuk pengisi halaman 3 majalah saya. Bahkan perasaan ini nyaris mengkristal ketika seorang teman mengkritik saya sebagai seorang yang berkesenian secara akal-akalan.
Syukurlah, memasuki tahun 2007, beberapa orang kenalan berhasil meyakinkan saya bahwa mereka sampai sekarang masih menyukai dan merasa kangen dengan tampilnya lagi karya yang pada mulanya saya beri namaFoto Marak Berkotak itu. Bahkan ada pemerhati karya saya yang telah lama ingin menemui saya untuk menuntaskan rasa penasarannya pada karya saya. Ya, mereka yang sejak duduk di bangku sekolah menyukai karya saya, telah secara perlahan mencairkan belenggu yang saya ciptakan sendiri.
Puncaknya terjadi pada hari Jum’at 22 juni 2007. Seorang Ketua jurusan DKV Universitas Multimedia Nusantara bernama Gumelar yang hari itu sengaja saya temui, mengatakan bahwa beliau yang sudah melanglang jagad itu baru kali ini melihat karya semacam karya saya. Saya layak melabelkan gaya ini sebagai gaya Wedha, lanjutnya, dan bahkan saya berkewajiban untuk meluaskan gaya saya ini (yang dikatakan sebagai terobosan baru) dalam bentuk buku kepada semua orang, agar ada yang melanjutkan kelak bila saya sudah tiada. Terimakasih saya yang teramat dalam kepada semua pemerhati karya-karya saya, khususnya Ade Darmawan, direktur komunitas Ruang rupa, Meniek, Pak Gumelar, Pak Djoko Hartanto dan rekan kerja saya, Angky Astari.
Embrio Gaya Wedha
Karya-karya awal gaya ini sudah didominasi oleh bidang-bidang geometrik yang saya bentuk dengan goresan bebas (free hand stroke) dan menggunakan medium crayon. Pewarnaannya sudah meninggalkan pakem warna kulit manusia, juga dengan stroke bebas. Pembidangan pada karya ini mengikuti intuisi saya pada saat saya mengamati wajah seseorang (biasanya figur-figur terkenal di bidangnya masing-masing), melalui fotonya. Saya berusaha keras menangkap ekspresi figur yang saya hadapi lewat beberapa foto.
Saya buang jauh konsep realisme. Proses ini kental unsur intuisinya. Sosoknya sendiri banyak mengalami deformasi yang saya tafsirkan dengan penyangatan bentuk. Tahap ini berjalan beberapa bulan saja. Sayang di buku ini saya hanya bisa menampilkan dua diantara karya yang telah saya buat. Yang pertama, Freddy Mercury dari Queen, sedang yang kedua, maaf, saya sendiri lupa siapa figur yang saya lukis ini. Tapi masyarakat pembaca masih adem-adem saja menerimanya, mungkin karya dengan gaya ini sudah dianggap biasa karena saya lihat juga gaya ini sudah sering muncul di beberapa majalah terbitan luar negeri. Gambar 1.
Waktu terus berjalan. Ada dorongan bathin untuk lebih menguatkan unsur garis, sesuai dengan kelengkapan sebuah komposisi, ada garis, ada bidang. Intuisi yang mendasarinya masih sama. Dengan medium poster color, garis-garis kuat ini saya terapkan ketika saya melukis wajah David Foster yang ketika itu berkunjung ke majalah kami, dan juga untuk Bob Geldof. Tapi kemudian, saya merasa tampilan gari-garis itu tidak menyatu dengan warna. Dan kalau dihubungkan dengan pewarnaan, terasa tampilan garis itu berlebihan. Warna-warna yang memang sudah berbeda, bila disandingkan otomatis akan membentuk garis pemisah sendiri, walaupun garis pemisah itu imajiner. Inilah sebabnya kenapa tampilnya garis nyata yang tegas terasa belebihan. Gaya dengan garis kuat ini hanya tampil 2 kali. Gambar 2.
Saya memasuki perkembangan baru. Kalau dua warna berbeda yang berdampingan sudah bisa menimbulkan garis imajiner, buat apa dibuat garis lagi? Dengan pemikiran ini, saya hilangkan tampilan garis. Tapi untuk lebih menguatkan garis imajiner atau garis pemisahan antar 2 bidang warna, pada karya-karya tahap ini saya sengaja menggunakan penggaris. Jadilah wajah-wajah seorang pelari pemenang medali emas Olympiade dari Kenya (maaf namanya lupa), Jack Nicholson, Whoopie Goldberg, Al Pacino dan seorang lagi yang saya lupa nama dan profesinya. Gambar 3.
Tapi sayangnya, tidak semua orang mengenali wajah keempat figur yang saya buat. Hanya orang-orang tertentu atau mereka yang kebetulan melihat potret aslinya saja yang mengenali siapa yang saya lukis. Ada yang kurang tepat pada konsep tahap ini. Penafsiran saya terhadap ekspresi wajah yang saya lukis mungkin saja berbeda dengan penafsiran sebagian besar masyarakat. Sebagai perupa terapan, saya merasa tidak bahagia kalau karya saya ternyata hanya komunikatif dengan sebagian kecil masyarakat pemirsa.
Pada periode inilah saya memberi nama Foto Marak Berkotak (FMB) untuk gaya ini. Nama itu saya perlukan untuk sekedar membedakan jenis ini dengan jenis-jenis lain yang secara simultan saya lakukan. Ya, saya kira jenis ini agak berbau seni murni.
Cukup lama saya berpikir untuk mencari pemecahan masalah perbedaan persepsi ini. Saya telaah lagi hasil karya saya sendiri. Mungkin Anda setuju kalau saya katakan bahwa secara anatomis, wajah-wajah pada karya saya itu tampak berantakan, walau tidak seberantakan Woman-nya Picasso. Dalam perenungan, wajah yang berantakan ini menjadi topik utama. Berantakannya Picasso adalah sah karena dia seorang fine artist. Tapi bagi saya yang perupa terapan tentu menjadi masalah ketika karya saya berhadapan dengan komunikan.
Kemudian ada pula godaan di dalam untuk bersikap sebagai seniman murni. Masyarakat kenal atau tidak siapa yang saya lukis, suka atau enggak pada gaya yang saya buat, saya nggak peduli. Yang penting saya sudah melampiaskan intuisi saya, selesai. Kalau saya ikuti godaan itu, jelas akan lebih mudah bagi saya untuk berkarya. Tapi akhirnya saya tepis juga godaan itu. Saya pikir kalau saya bersikap seperti itu, apakah saya tidak terlalu egois?
Kembali pada perbedaan persepsi antara saya dan pemirsa karya saya. Inikah masalah yang harus saya pecahkan itu? Kalau iya, apa solusinya? Pertanyaan yang cukup menyulitkan! Waktu itu saya mencoba introspeksi. Mungkin pada penggarapan karya pada tahap ini saya terlalu memanjakan intuisi seni saya sendiri. Pemanjaan intuisi ini saya lakukan pada 2 aspek penting dalam lukisan saya; aspek warna dan aspek penyangatan bentuk (deformasi).
Dari masukan yang saya peroleh, ternyata aspek deformasilah yang membuat karya saya ini berjarak dengan sebagian pemirsanya. Mereka belum bisa menangkap apa yang saya tangkap yang kemudian saya persembahkan di hadapan mereka. Seberantakan apapun posisi atau proporsi masing-masing elemen wajah, saya tetap mengenalinya. Saya tetap menangkap ekspresi Al Pacino atau Jack Nicholson disitu karena memang saya sendiri yang membuatnya begitu. Tapi bagaimana dengan sebagian besar komunikan karya saya?
Sementara aspek pewarnaan yang nyleneh justru mendapat respon positip. Saya sedih karena sebagian pemirsa masih berjarak. Saya ingin semua orang di jagad raya ini, tanpa kecuali bisa menyukai atau paling tidak bisa menerima karya saya ini. Saya membuat karya ini bukan untuk saya simpan sendiri. Saya ingin berbagi. Di sini kepekatan saya sebagai seniman terapan diuji. “Seni terapan berorientasi pada publik”, di dalam benak saya, kata-kata itu selalu beradu kuat dengan kata “setiap insan berhak memanjakan intuisi pribadinya”.
Saya tau, saya harus memilih. Tapi masalahnya,yang mana? Demi penerimaan masyarakat yang lebih luas, akhirnya saya memenangkan kata-kata pertama. Saya harus berorientasi pada publik, walaupun dalam batas tertentu saya masih merasa punya hak untuk mendikte publik dengan intuisi pribadi saya.
Walau keputusan sudah saya ambil, tapi masih ada soal lain yang berkaitan dengan dengan hal itu. Pada aspek mana saya harus kompromis dengan publik dan seberapa jauh hal itu bisa saya lakukan?. Pertanyaan yang sama untuk aspek yang harus saya pertahankan.
Pertanyaan ini akhirnya terjawab ketika saya mengingat pengalaman-pengalaman di masa lalu. Ketika kita melukis potret seseorang, tingkat kemiripan tidak tergantung pada warnanya tapi pada bentuk atau proporsi yang secara anatomis benar. Anda pasti akan tetap mengenali wajah seseorang dengan tampilan full color walaupun kemudian mode warnanya Anda ubah menjadi grayscale. Jadi yang bisa saya pertahankan penuh adalah gaya pewarnaan saya. Sedang untuk bentuk/proporsi, saya harus kompromis. Kompromis dalam arti, secara global bentuk wajah, posisi elemen-elemen anggota wajah dan proporsinya harus tetap sama dengan potret aslinya, tapi detail pembidangan tetap di tangan intuisi saya.
Agar secara global bentuk wajah yang saya lukis masih tetap sama, ada 3 pilihan cara yang bisa saya lakukan:
1. Membuat sket langsung sambil memandang fotonya.
2. Menggunakan proyektor untuk memproyeksikan foto yang akan saya lukis pada kanvas atau kertas gambar.
3. Tracing.
Pilihan pertama langsung saya singkirkan. Dalam keadaan mata yang mulai kabur dan fisik yang kurang baik, pilihan ini akan terlalu merepotkan. Pilihan kedua juga kurang bersahabat, karena saya tidak memiliki proyektornya. Apalagi, pada masa itu saya belum mengenal apa itu scanner. Akhirnya pilihan ketigalah yang saya ambil. Pilihan ini paling meringankan buat kerja saya, walaupun terasa beban moral disitu. Terus terang, selama belasan tahun berkarir sebagai ilustrator, menjiplak (tracing) foto adalah pekerjaan yang belum pernah saya lakukan. Apa boleh buat. Dengan kendala yang ada, saya harus melakukannya. Saya bertekad, tracing sih tracing tetapi saya akan melakukan tracing yang tetap bermartabat! Gb. 5.
Tracing bermartabat? Macam mana pula itu? Tracing ini adalah tracing kreatif yang tidak tunduk 100 persen pada apa yang sedang di trace. Pada proses inilah prinsip-prinsip dalam ilmu ukur ruang yang masih saya ingat, berperan kuat.
Beberapa prinsip itu adalah :
• Garis lengkung pada hakikatnya adalah gabungan dari garis lurus pendek dalam jumlah tak terhingga.
• Bidang lengkung pada hakikatnya adalah gabungan bidang-bidang datar dalam jumlah tak terhingga. Gb. 4.
Prinsip-prinsip itu masih ditambah dengan keyakinan intuisi saya bahwa bidang yang terbentuk oleh garis-garis lurus akan tampak lebih kuat dibanding dengan bidang bentukan garis-garis lengkung. Dan sesuatu yang terukur dengan tegas akan berkesan kuat. Jelasnya begini, sejauh itu dimungkinkan saya akan membuat bidang-bidang hasil tracing tadi berdiri tegak (vertical) atau berbaring pasti (horizontal). Andai terdapat kemiringan, kemiringan itu harus terukur tegas, dengan derajat kemiringan 60, 45, 30 atau 15 derajat, tapi tidak 93, 88 atau 5, 4 derajat.
Nah, dengan didasari prinsip-prinsip diatas, dalam karya-karya saya, tidak akan Anda temui garis lengkung atau bidang yang terbentuk oleh garis lengkung. Dan bisa dirasakan dan terlihat, saya paling suka bila pada setiap karya, saya bisa tampilkan bidang-bidang vertical yang berbalas tegas dengan dengan kemiringan bidang lainnya.
Pewarnaan
Sudah sejak lama para pakar warna pendahulu kita menggolongkan warna-warna menjadi golongan warna panas, sejuk dan dingin, atau terang, agak gelap dan gelap. Gambar 6. Penggolongan ini di dasarkan pada fenomena alam yang terjadi di bumi ini. Kita merasakan dan membayangkan bagaimana panasnya lelehan lava pijar dari gunung berapi. Kemudian kita adopsi warna-warna yang ada pada lava pijar itu, jadilah kelompok warna itu golongan warna panas. Demikian pula yang terjadi ketika manusia merasakan dan melihat suasana musim semi, gugur dan musim dingin/salju.
Dengan pendekatan lain, pendahulu kita juga mengelompokkan warna-warna menjadi kelompok warna depan, tengah dan kelompok warna belakang. Pengelompokan ini didasari adanya perbedaan panjang gelombang dan frekuensi getaran dari masing-masing unsur kimia pembentuk warna yang terpantul ke mata kita.
Ada warna depan, warna tengah dan belakang. Perbedaan ini saya kira cukup untuk menimbulkan dimensi. Gambar 7. Dan inilah aturan main yang saya pakai dalam mewarnai setiap karya saya, walaupun penafsiran atas tataran itu bisa berbeda pada setiap karya. Jelasnya, untuk suatu karya saya menganggap kuning sebagai warna depan. Tentu warna tengahnya bisa oranye atau hijau muda sedang untuk warna belakangnya bisa ungu atau coklat. Tetapi di lain waktu warna kuning yang sama saya perlakukan sebagai warna tengah. Tentu saja warna putihlah yang saya anggap sebagai warna depan dan biru atau hijau sebagai warna belakang.
Penafsiran kedudukan warna ini sebenarnya bisa lebih mudah bila kita melakukannya dengan mono colour. Kita tinggal memainkan tint atau shade dari hue yang tunggal. Gambar 8. Saya jarang sekali melakukan cara penafsiran ini, kecuali bila ada muatan ekspresi tertentu yang ingin saya tampilkan. Pada umumnya karya saya marak dengan warna.
Teknologi komputer membuat proses pembuatannya menjadi sedemikian mudah. Bagi yang memahami dan biasa mengoperasikan software Photoshop, Adobe Illustrator, Freehand atau Coreldraw, proses yang merepotkan di atas, akan terasa sangat sederhana. Saya sendiri hanya memanfaatkan tool yang tersedia, Polygonal lasso atau Pen tool dan Paint Bucket. Rasanya tak perlu lagi proses dengan komputer itu kita beberkan di sini. Terlalu mudah.
Penutup
Dengan pemaparan ini saya sama sekali tidak berharap untuk bisa mengajak semua orang untuk melukis potret dengan cara yang saya lakukan ini. Tidak, kecuali karena tidak berhak, saya juga beranggapan dan percaya bahwa suatu gaya dalam seni rupa itu tidak boleh dan tidak akan mati, berhenti pada gaya tertentu. Yang saya inginkan hanyalah agar gaya saya ini bisa memperkaya khasanah dunia seni rupa dan bias dinikmati oleh semua orang. Kemungkinan lain yang saya bayangkan adalah, dengan mempelajari dan memahami gaya ini, akan terbuka peluang yang luas bagi setiap orang untuk bisa menemukan lagi terobosan-terobosan baru dalam melukis potret khususnya, dan dunia seni rupa pada umumnya. Amien.
sumber : http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2008/07/18/wedhas-pop-art-portrait/

Posted By Unknown17:14

Wedha Abdul Rasyid: Pembuat Aliran WPAP (Wedha’s Pop Art Potrait)

Filled under:

Buat kamu yang pernah muda di era tahun 1980 dan 1990-an pasti kenal dengan yang namanya Lupus, tokoh fiksi karangan Hilman Hariwijaya, salah seorang penulis ternama pada masa itu. Pada awal kemunculannya, lupus adalah sebuah cerpen yang ditulis Hilman untuk majalah Hai di tahun 1986.
Cerpen Lupus ternyata mendapat respons yang sangat bagus di kalangan remaja karena ceritanya yang lucu dengan karakter-karakter yang unik. Lupus kemudian dijadikan novel yang membuatnya terkenal hingga ke seantero Indonesia bahkan sampai dengan saat ini.
Membahas tentang Lupus, rasanya tidak afdhol kalau tidak memperkenalkan sang illustrator yang telah menghadirkan Lupus secara visual ke pembaca. Beliau adalah Wedha Abdul Rasyid, seorang illustrator di majalah remaja  Hai yang juga sering disebut-sebut sebagai Bapak Illustrator Indonesia karena kontribusi dan karya-karyanya di bidang illustrasi dan seni rupa.
Profesi sebagai illustrator sudah dikerjakan Wedha yang malang melintang di media cetak sejak tahun 1970-an. Mulai 1977, ketika bergabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi terutama karya-karya fiksi Arswendo Atmowiloto dan Hilman dengan Lupus-nya yang fenomenal. Di majalah itulah Wedha mengerjakan potret para tokoh dunia dari segala latar belakang: tokoh politik, musisi, seniman, sampai tokoh-tokoh fiktif.
Pada tahun 1990, Wedha kemudian memulai style baru untuk illustrasi gambar wajah. Hal ini menurutnya dikarenakan penurunan daya penglihatan karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai bagian dari gaya popart bahkan hingga dengan saat ini. Gaya illustrasi ini disebut Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP), bahkan ada yang menyebutnya sebagai aliran Wedhaism.
Lihat karya-karya Wedha. Bentuk dan tekniknya khas, ia gambarkan wajah para tokoh itu disusun dalam mosaik warna yang dipecah menurut faset-fasetnya. Bukan dalam pengertian kubisme, tapi lebih menggabungkan ragam warna yang harmonis sehingga membentuk tokoh yang digambarkan. Meski karyanya tidak detail, namun mampu mewakili karakter wajah dengan sangat baik.
Anda akan dapat mengenali wajah-wajah mendunia, seperti Mick Jagger, Jimmy Hendrix, Jim Morrison, The Beatles, Elvis Presley, Sting, Bono, Queen, sampai tokoh politikus sebut saja JFK, Bung Karno, Indira Gandhi, Benazir Buttho, Fidel Castro, Ahmadinejad. Juga potret Rendra, Slank, Jakob Oetama, John Lennon sampai Andy Warhol. Setelah 30 tahun berkiprah dalam dunia ilustrasi Wedha mengakhiri masa kerjanya di Kompas Gramedia.
Sumber: dgi Indonesia, DesainStudio

Posted By Unknown17:10

Friday, 23 May 2014

Tips Agar Flashdisk Berumur Panjang

Filled under:

JalanTikus.com - Dalam kegiatan sehari-hari, apalagi yang aktifitasnya sering berhadapan dengan komputer, pasti sudah tidak asing lagi dengan media storage yang bernama Flashdisk.
Ya, perangkat satu ini memang bisa disebut cukup viral untuk membantu pekerjaan seseorang, seperti memindahkan data dari satu perangkat ke perangkat lainnya.
Hanya saja, terkadang kita tidak patuh akan cara merawat Flashdisk yang benar dan tepat. Berikut adalah beberapa tips yang mungkin akan berguna memperpanjang umur atau masa pakai dari Flashdisk kamu.
Cabut Flashdisk Dengan Cara yang Benar
  • Tak banyak pengguna yang tahu bagaimana prosedur yang benar dalam mencabut Flashdisk ketika sedang tercolok di Komputer. Apalagi ketika Flashdisk sedang bekerja (membaca dan menulis data), tentu dengan pencabutan paksa akan merusak komponen Flashdisk itu sendiri.Ini ibarat mematikan PC langsung dari Sumber Listriknya. Cara mencabut Flashdisk yang benar adalah klik icon yang ada di pojok kanan bawah yang bergambarkan icon USB, lalu klik Eject.

Jangan Terlalu Sering Menggunakan USB Hub
  • Penggunaan USB Hub memang cukup digemari oleh banyak kalangan, karena memang hal tersebut memberikan kenyamanan tersendiri, pasalnya dengan menggunakan alat tersebut Port USB akan bertambah jumlahnya.Hanya saja, Hal tersebut tidaklah baik untuk kesehatan Flashdisk, apalagi jika digunakan secara rutin, karena jika USB Hub yang digunakan 'daya strum'-nya tidak begitu cocok, alhasil proses (baca dan menulis) akan menjadi lebih lambat, dan tentunya hal ini tidak baik bagi Flashdisk itu sendiri.
    Oleh karena itu, Gunakan USB Hub hanya dalam kondisi tertentu, misalkan Port USB sudah penuh, dan jangan sekali-kali gunakan USB Hub untuk melakukan copy file diatas 500MB.

Jika Tercebur ke Air, Jangan langsung digunakan
  • Ini adalah Tips penting, Pada dasarnya, Jika sebuah Flashdisk tercebur ke air, tidak ada kerusakan yang akan dialami. Hanya saja, kamu harus menunggu Flashdisk tersebut sampai benar-benar kering. Misal, Tercebur hari ini, maka kamu harus menunggunya dan memastikan bahwa Flashdisk itu kering sampai esok hari.Dengan begitu, dijamin Flashdisk kamu tidak akan rusak, dan tetap akan bisa beroperasi normal seperti biasanya.

Rajinlah Menggunakan Port USB Belakang PC
  • Pada dasarnya, Sebuah PC memiliki 8 Port USB (4 dibelakang & 4 didepan). Tapi port yang didepan keterhubungan dengan kabel lainnya, itulah mengapa ketika kita melakukan sebuah Copy File, maka akan lebih cepat prosesnya jika mencolokan Flashdisk dibelakang PC.Pasalnya, Flashdisk atau hampir semua Storage Device dirancang untuk digunakan searah, jadi harus dicolokan hanya dalam kondisi satu arah saja.
sumber : http://jalantikus.com/tips/detail/3365/tips-agar-flashdisk-berumur-panjang

Posted By Unknown06:44

Thursday, 22 May 2014

Adakah Dinosaurus Dalam Islam?

Filled under:


Dinosaurus Binatang Purbakala

Assalamu’alaikum,
Gimana Khabarnya ustadz? Afwan ana mau tanya malasah hewan purbakala salah satunya dinosaurus. Ini pertanyaan yang sering di pertanyakan oleh salah satu anak nya temen saya…
1. Apakah benar hewan purbakala bernama donosaurus itu ada? Dan dahulu mana antara NAbi Adam Alaihi Salam dengan Dinosaurus?
2. Apakah benar bahwa Allah Subhanahu Wata’ala pernah menciptakan mahluq sejenis manusia sebelum nabi Adam Alaihi Salam?
Itu saja, Jazakallah Khair atas jawabanya..
Wassalamu’alaikum
Dari: Sigit Hadi Purnomo
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, Realita Ada dua
Diantara prinsip yang perlu kita pahami, bahwa realita di alam ini ada dua:
  • Realita Syar’i
Itulah semua realita yang Allah sebutkan dalam al-Quran dan sunah nabi-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun realita itu tidak bisa dibuktikan dengan indera atau logika manusia.
Kita meyakini adanya surga, neraka, malaikat, terompet sangkakala, nikmat kubur, adzab kubur, dan perkara ghaib lainnya. Kita mengakui itu ada dan itu realita. Sekalipun indera kita tidak pernah menangkapnya, dan logika kita tidak manjangkaunya. Tapi kita yakin itu semua ada dan bukan khayalan.
Mengapa kita mengakui itu sebagai realita, padahal kita tidak pernah menginderanya? Karena kita percaya dan mengimani sumber berita yang menceritakan semua hal ghaib tersebut.
  • Realita Kauni
Itulah semua realita dan kejadian yang ada di alam dunia ini. Baik telah kita ketahui, maupun yang belum kita ketahui.
Kita meyakini adanya listrik sekalipun kita tidak pernah melihatnya. Tapi kita percaya itu realita karena kita bisa merasakan pengaruhnya.
Kita meyakini ada gelombang radio, sehingga radio kita bisa berfungsi atau hp kita bisa menangkap sinyalnya. Kita percaya itu realita karena kita bisa merasakan pengaruhnya, sekalipun kita tidak pernah melihatnya.
Kedua, Antara Klaim & Realita
Bagian ini penting untuk anda bedakan. Tidak semua klaim, berarti itu realita. Beberapa negara kafir membuat berbagai klaim, untuk menunjukkan kepada dunia akan kehebatan teknologinya. Terlebih ketika terjadi perang dingin antara blok timur dan barat.
Telah menjadi rahasia bersama, sekitar tahun 1969 Amerika dengan sangat bangganya memproklamirkan bahwa Neil Amstrong orang pertama yang berhasil mendarat di bulan. Namun ternyata semua bukti klaim itu hanya dusta dan kebohongan. Artinya itu bukan realita, sehingga tidak selayaknya diyakini.
Orang syiah mengklaim, mereka memiliki mushaf Fatimah. Namun hingga saat ini, mereka sendiri tidak bisa menunjukkan wujud mushaf Fatimah itu. Tidak berbeda dengan yang pertama, hanya kedustaan.
Orang nasrani mengklaim, yesus mengajarkan ajaran trinitas. Namun sungguh aneh, hingga sekarang mereka tidak bisa menunjukkan bukti adanya ajaran itu. Tidak berbeda dengan yang pertama dan kedua, hanya kedustaan.
Ketiga, Antara Teori & Realita
Beberapa orang kesulitan membedakan antara teori dan realita. Sehingga tidak jarang teori diyakini sebagai realita. Padahal tidak semua teori sesuai realita. Teori bisa bertahan dan bisa diruntuhkan. Dulu masyarakat meyakini kebenaran teori atom Dalton, namun ketika Thomson datang, teori Dalton mulai ditinggalkan. Ketika datang teori atom Rutherford, punya Thomson mulai ditinggalkan. Hingga ketika postulat Neils Bohr datang, punya Rutherford ditinggalkan.
Bertahun-tahun kita dikibuli dengan teori evolusi Darwin. Bahwa makhluk di alam semesta ini mengalami evolusi, menjalani hidup secara bertahap hingga menuju titik sempurna. Hingga beberapa orang meragukan, sejatinya manusia itu keturunan Adam ataukah si kera Pithecanthropus?
Orang tidak sadar bahwa itu hanya teori. Dan teori bukan realita. Sayangnya, teori picisan semacam ini dijadikan doktrin untuk anak sekolah, dimasukkan di kurikulum sekolah menengah. Meskipun jelas-jelas ini sangat bertentangan dengan akal sehat.
Termasuk dalam kasus ini adalah perdebatan antara madzhab heliosentris dan geosentris. Keduanya hanyalah teori. Dan sekali lagi, teori bukan realita.
Selama tidak ada bukti empiris, posisikan teori sebagai teori, dan jangan diyakini hingga pada dataran realita.
Keempat, Beberapa Kaidah Penting Dalam Islam
Sebelum menginjak kajian tentang dinosaurus, kami berharap agar anda memahami 3 pengantar di atas, dan beberapa kaidah dalam islam yang bisa kami simpulkan berikut,
1. Islam tidak menolak realita
Satu prinsip yang perlu kita tanamkan di benak kita baik-baik, islam tidak menolak realita. Bagaimana mungkin islam menolak realita, sementara islam datang menjelaskan realita. Terutama realita syar’i. Dulu orang musyrikin jahiliyah pernah meyakini 3 hal, yang semua bertentangan dengan realita. Allah bantah keyakinan ini dalam firman-Nya,
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). (QS. Al-Ahzab: 4)
Anda bisa cari, tidak akan ada dalil dalam al-Quran maupun hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan realita. ketika ada klaim bahwa al-Quran bertentangan dengan ‘satu realita’, maka di sana ada 2 kemungkinan,
  • Realita itu hanyalah klaim dusta yang tidak pernah ada.
  • Realita itu hanyalah sebuah teori, namun masyarakat mengganggapnya realita.
2. Islam melarang kita untuk menebak hal yang ghaib tanpa bukti
Islam tidak membebani manusia untuk menggali hal yang ghaib. Bahkan islam melarang keras, manusia menebak-nebak hal yang ghaib. Dan ini termasuk berbicara tanpa dasar ilmu. Karena semua indera kita akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36)
Dan ini menjadi prinsip penting dalam menyampaikan berita, bicara dengan bukti, atau diam.
3. Islam menjelaskan segala hal yang dibutuhkan manusia untuk menggapai kebahagiaan dalam hidupnya
Kita mengakui Allah Maha Kasih Sayang terhadap hamba-Nya. Salah satu wujud kasih sayangnya, Allah turunkan wahyu kepada mereka untuk membimbing mereka menuju kebahagiaan hidup yang sejatinya. Karena itu, segala informasi yang ada dalam al-Quran dan sunah, sudah cukup untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan itu, tanpa ada yang kurang. Tentu saja, ini jika mereka memahaminya dan mengamalkannya dengan baik dan benar.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. an-Nahl: 89).
Makna: ’menjelaskan segala sesuatu’
Dalam Tafsir Jalalin dinyatakan,
بيانا لّكُلّ شَىْء  يحتاج إليه الناس من أمر الشريعة
“Maknanya, menjelaskan segala sesuatu tentang masalah syariah yang dibutuhkan manusia.” (Tafsir Jalalin, 4/489).
4. Keyakinan yang bertentangan dengan islam adalah dusta
Semua keyakinan dan pernyataan yang bertentangan dengan informasi syariat, bisa kita pastikan itu adalah dusta dan kebohongan.
Dulu orang musyrik meyakini ada beberapa kriteria onta yang tidak boleh disembelih. Padahal Allah tidak pernah menetapkan hal itu. Allah sebut itu dusta mereka atas nama Allah,
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al-Maidah: 103)
Keterangan:
“bahiirah, saaibah, washiilah dan haam” adalah kriteria-kriteria onta yang tidak boleh disembelih.
5. Sebatas teori, belum tentu sejalan dengan islam.
Karena itu, dalil al-Quran dan sunah, selayaknya tidak dipaksakan untuk memihak satu teori tertentu yang belum jelas kebenarannya. Karena sekali lagi, teori hanya teori, yang itu bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Bisa jadi sekarang dianggap benar, besok dianggap salah. Atau sekarang disalahkan, besok dibenarkan.
Padahal dalil al-Quran dan sunah tidak pernah salah dan tidak akan salah selamanya.
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ ( ) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. ( ) Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fushilat: 41 – 42).

Dinosaurus Dalam Islam?

Selanjutnya, kita beralih ke pembahasan masalah Dinosaurus. Benarkah binatang ini pernah tinggal di bumi ini?
Pertama, yang perlu kita tegaskan, mengenai keberadaan makhluk ini hanyalah sebuah teori. Mereka diprediksi hidup pada masa ratusan juta tahun yang lalu. Para ahli paleontologi menemukan berbagai fosil yang kemudian dirangkai seperti sedemikian rupa. Kemudian dipostulatkan layaknya binatang. Dan tentu saja, ada banyak tambahan baik dari sisi anatomi, morfologi maupun fisiologi. Terutama yang telah difilmkan.
Kita tidak tahu sampai kapan teori ini bertahan dan dihargai masyarakat. Yang jelas, sikapi teori ini sebagai teori, yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah.
Kedua, Tidak dijumpai adanya satu dalil, baik dalam al-Quran maupun sunah yang menyebutkan jenis binatang ini. Karena itu, selayaknya kita tidak memaksakan dalil al-Quran dan sunah untuk memihak teori tersebut.
Dalam Fatwa Islam pernah disinggung tentang Dinosaurus. Jawaban pertama yang disampaikan,
وليس في نصوص الكتاب والسنة ما يثبت أو ينفي وجود هذه المخلوقات، وفي القرآن الكريم ما فهم منه بعض العلماء : وجود مخلوقات على الأرض قبل آدم عليه السلام
Tidak ada dalil tegas dari al-Quran maupun sunah yang menetapkan adanya makhluk tersebut maupun yang  meniadakan keberadaan makhluk tersebut. Dalam al-Quran, terdapat ayat yang dipahami sebagian ulama bahwa ada makhluk yang tinggal di bumi ini sebelum kehadiran Nabi Adam ‘alaihis salam. (Fatwa Islam, no. 166097).
Ketiga, ayat yang mengisyaratkan adanya kehidupan sebelum Adam
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti) di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Sisi pendalilan ayat:
Allah menyebut makhluk yang akan tinggal di bumi itu sebagai ‘khalifah’. Khalifah artinya pengganti. Karena makhluk yang akan tinggal di bumi ini adalah pengganti bagi makhluk sebelumnya.
Para Malaikat bertanya tentang hikmah diciptakannya manusia di bumi, “Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang membuat kerusakan di dalamnya dan saling menumpahkan darah?. mereka bertanya demikian, karena mereka telah mengetahui sebelumnya ada makhluk yang karakternya seperti itu.
Imam Ibnu Utsaimin menafsirkan ayat di atas,
قول الملائكة : ( أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ) يرجِّحُ أنهم خليفة لمن سبقهم ، وأنه كان على الأرض مخلوقات قبل ذلك تسفك الدماء وتفسد فيها ، فسألت الملائكة ربها عزّ وجلّ : ( أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ) كما فعل من قبلهم
Pertanyaan para malaikat, ”Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya..?” memberikan kesimpulan lebih kuat bahwa manusia adalah pengganti bagi makhluk sebelumnya di bumi. Dan sebelumnya ada makhluk di muka bumi ini, yang mereka menumpahkan darah dan berbuat kerusakan. Sehingga malaikat bertanya, Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya, sebagaimana yang dilakukan makhluk sebelumnya. (Tafsir al-Quran al-Karim, Ibnu Utsaimin, ayat: 30).
Satu pertanyaan, siapa yang tinggal di bumi sebelum Adam?
Tentu jawabannya makhluk yang berakal, sebagaimana manusia. Karena mereka mendapat beban untuk beribadah kepada Allah, sehingga terwujudlah kemakmuran di bumi. Ibnu Katsir membawakan keterangan Ibnu Abbas dalam tafsir itu,
أول من سكن الأرض الجنُّ، فأفسدوا فيها وسفكوا فيها الدماء، وقتل بعضهم بعضا. قال: فبعث الله إليهم إبليس، فقتلهم إبليس ومن معه حتى ألحقهم بجزائر البحور وأطراف الجبال. ثم خلق آدم وأسكنه إياها
Makhluk yang pertama tinggal di muka bumi adalah golongan jin. Lalu mereka berbuat kerusakan (maksiat) dan saling menumpahkan darah, satu sama lain saling membunuh. Kemudian Allah mengutus Iblis, lalu Iblis dan tentaranya berhasil memerangi mereka, hingga mengejar mereka ke ujung lautan dan puncak gunung. Kemudian Allah menciptakan Adam dan menempatkannya di bumi. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/218).
Sebagai catatan, Iblis kala itu adalah hamba yang baik, yang rajin beribadah kepada Allah,  tidak sebagaimana jin lainnya.
Jika kita memastikan ada makhluk sebelum Adam, bukan berarti kita memastikan ada Dinosaurus ketika itu. Karena kita tidak memiliki data jelas, apakah binatang yang hidup di zaman sebelum Adam itu, apakah seperti dinosaurus yang dibayangkan orang sekarang, ataukah bentuknya lain?. Kita tidak punya data tentang itu.
Keempat, andai dinosaurus itu benar-benar ada di masa silam, kita meyakini bahwa al-Quran maupun sunah tidak menolaknya. Karena al-Quran dan sunah tidak menolak kebenaran. Ini jika benar-benar ada yang namanya makhluk dinosaurus itu.
Kelima, jika kita renungkan, tahu dan tidak tahu dinosaurus, tidaklah menambah iman maupun mengurangi iman. Karena al-Quran dan hadis tidak menyinggung hal ini. Andai kita meyakini dinosaurus itu ada, tidaklah keyakinan ini akan mengantarkkan kita ke surga atau membawa kita pada kebahagiaan, demikian pula sebaliknya.
Karena itulah, seperti yang telah dipaparkan dalam pengantar, bahwa al-Quran dan sunah telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk bisa hidup bahagia. Akan lebih berharga jika kita gunakan waktu ini untuk mengkaji hal yang manfaat, yang kita butuhkan dalam keseharian kita.
Demikian,
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
sumber : http://www.konsultasisyariah.com/adakah-dinosaurus-dalam-islam/

Posted By Unknown17:24